Benarkah Masyarakat Indonesia Menolak FPI ?
FPI Online, Jakarta – Front Pembela Islam
(FPI) seringkali mendapat label negatif oleh media sekuler dengan tujuan
masyarakat terpengaruh. Namun fakta dilapangan, masyarakat justu sangat
menerima kehadiran FPI dan bahkan bersyukur ada FPI yang telah memberantas
kemaksiyatan.
Berikut ini beberapa kejadian di daerah yang
seakan-akan masyarakat diopinikan menolak FPI:
1. Palangkaraya
Sekitar delapan ratusan orang yang mengaku sebagai
warga Dayak di Kalimantan Tengah menolak FPI beraktivitas di Kalteng dan
menolak kehadiran Rizieq Shihab yang akan mengadakan tabligh akbar di
Palangkaraya pada 11 Februari 2012.
Massa yang membawa aneka senjata tajam berkumpul di
Bundaran Besar Palangkaraya, membentuk Barisan Pertahanan Adat Dayak Kalimantan
Tengah.
Setelah mendekrasikan Barisan Pertahanan Masyarakat
Adat, mereka ke Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya mencegah perwakilan pengurus
FPI pusat datang.
Ketika pesawat yang ditumpangi oleh pengurus DPP
FPI tiba di bandara, ratusan massa tersebut dengan membabi-buta merangsek ke
dalam bandara dan mengejar pesawat hingga sang pilot terpaksa menerbangkan
kembali pesawat yang dikejar oleh gerombolan bersenjata berikat kepala merah
dan beralih ke Bandara Kuala Kapuas.
Setelah diselidiki ternyata massa yang mengatas
namakan warga dayak tersebut merupakan gerombolan preman yang dimobilisasi oleh
Teras Narang, Gubernur Kalteng waktu itu. Dan bertindak sebagai korlap yang
mengendalikan massa yaitu Lukas Tingkes, seorang pejabat yang ternyata seorang
gembong narkoba .
2. Padang
Pada 26 November 2013, puluhan pendukung pendirian
Lippo Group di Padang, Sumatra Barat yang mengatas namakan warga dari Forum
Anak Nagari (Forkan) Padang menggelar aksi penolakan kedatangan Rizieq Shihab,
di Bandara Internasional Minangkabau.
Mereka menuding Habib Rizieq Syihab hendak
memprovakasi masyarakat Padang agar menolak investasi Lippo Group senilai Rp 2
triliun di Padang, dengan alasan bahwa ada missi Kristenisasi terselubung di
balik pendirian Lippo Group.
Gerombolan tersebut melakukan sweeping terhadap
kendaraan yang melintas di pintu BIM untuk memastikan ada ada atau tidaknya
Habib Rizieq dan para anggota FPI.
Namun, sweeping kendaraan oleh gerombolan pendukung
Lippp Group yang mengakibatkan kemacetan itu ternyat tidak mengantongi izin
dari kepolisian.
3. Samarinda
Kedatangan Habib Rizieq Syihab dan rombongannya di
Samarinda, Kalimantan Timur, sebagai pembicara dalam tablig akbar dengan tema
Menuju NKRI Bersyariah ditolak oleh sekelompok orang yang mengatas namakan
Gerakan Pemuda Kalimantan Timur Bersatu pada 25 Agustus 2014. GPKTB menyatakan
kegiatan tersebut sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat Kaltim dan prinsip Kebineka Tunggal Ika yang dianut oleh NKRI.
Menurut keterangan panitia Tabligh Akbar yang
mengundang Imam Besar FPI, sebelum berlangsungnya acara, segerombolan orang
Nasrani mendatangi panitia penyelenggara agar membatalkan niatnya untuk
menghadirkan Habib Rizieq, mereka mengklaim akan membiayai Habib Rizieq untuk
pulang ke Jakarta setibanya di lokasi acara, namun jika beliau berceramah maka
gerombolan yang mengaku sebagai Organisasi Pemuda Kalimantan tersebut mengancam
akan mengambil tindakan sebdiri.
Panitia acara tak lantas mengamini tawaran dan
ancaman tersebut. Terlebih dahulu panitia mengkonfirmasi kepada sejumlah
organisasi pemuda Kalimantan tentang benar atau tidaknya mereka menolak
kedatangan Imam Besar FPI.
Ternyata seluruh kelompok pemuda Kalimantan sama
sekali tidak mempermasalahkan bahkan menyambut baik akan rencana kehadiran
Habib Rizieq di kampung mereka, bahkan mereka geram nama Pemuda Kalimantan
dicatut oleh orang-orang yang ternyata datang dari kampung luar untuk menjegal
dakwah. Tidak sampai disitu, sejumlah organisasi kepemudaan di Samarinda yang
tergabung dalam Gerakan Pemuda Asli Kalimantan (GEPAK) berkomitmen untuk
menjaga dan melindungi jalannya Tabligh Akbar yang menghadirkan Imam Besar FPI.
Bukan isapan jempol, selama Tabligh Akbar
berlangsung, ribuan massa dari sejumlah ormas kepemudaan baik yang lokal maupun
nasional tampak bersiaga bersama aparat kepolisian mengamankan jalannya acara
serta melakukan pengawalan, pengamanan dan perlindungan terhadap Imam Besar
FPI.
Meski tersebar isu bahwa akan ada penyerangan
terhadap acara tersebut, masyarakat sekitar tanpa rasa takut berduyun-duyun
menghadiri pengajian dengan membawa serta keluarga dan anak-anaknya.
Akhirnya, acara Tabligh Akbar yang diisi oleh Imam
Besar FPI, Habib Rizieq itupun berlangsung aman, damai dan kondusif hingga
selesai.
4. Demak
Di Kota Wali ini,oknum yang mengatas namakan Banser
Demak menolak rencana kedatangan Habib Rizieq yang hendak mengisi pengajian di
Kecamatan Bonang pada 8 Mei 2014. Alasan penolakan tersebut salah satunya,
Demak merupakan basis ahlussunnah wal jama’ah (Aswaja) yang mayoritas
masyarakatnya warga Nahdlatul Ulama (NU). Selain itu, Rizieq Shihab juga
dianggap pernah menghina KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, salah satu tokoh
sentral NU.
Tidak ada aksi penghadangan, demonstrasi atau
sweeping dalam penolakan tersebut, namun setibanya Habib Rizieq di Ponpes
Annuriyyah, Demak , orang-orang dibalik penolakan ini memberi tekanan agar
Beliau tidak melakukan ceramah, cukup hadir saja.
Namun, tekanan kelompok ini tidak serta merta
diikuti oleh Habib Rizieq, beliau bertanya kepada pemilik pesantren dan seluruh
Jama’ah yang hadir dalam acara khotmil qur’an itu, apakah mereka meminta Habib
Rizieq untuk ceramah. Ternyata pemilik pesantren dan seluruh jama’ah sepakat
meminta beliau untuk ceramah.
Bahkan dalam ceramahnya, Habib Rizieq menekankan
kepada polisi agar menjaga Ponpes Annuriyyah yang mengundangnya, bahkan beliau
mengancam kepada siapapun yang berani mengganggu pondok pesantren tersebut maka
sampai ke lubang semutpun akan dikejar.
Akhirnya, acara berlangsung dengan aman dan
kondusif dengan penjagaan ketat aparat.
5. Tulungagung
Pada 28 Oktober 2014, ratusan demonstran yang
lagi-lagi mengatas namakan masyarakat bergerak mendekati lokasi seminar yang
digelar Front Pembela Islam (FPI) Tulungagung di Gedung Balai Rakyat DPRD.
Meski tidak mengganggu jalannya seminar, apaat kepolisian telah bersiaga agar
tidak sampai terjadi bentrok.
Namun faktanya menunjukkan sebaliknya, masyarakat
mendukung kehadiran FPI. Kelompok yang menolak FPI adalah gerombolan preman,
germo dan mucikari yang selama ini dimanapun selalu memusuhi FPI.
Acara yang juga dihadiri Dewan Pakar Aswaja Center
PWNU Jatim H. Faris Khoirul Anam, MHI serta Imam Besar FPI Al-Habib Muhammad
Rizieq Syihab ini mendapat tentangan dan teror ratusan preman, pemilik café dan
mucikari dan didalangi oleh oknum pejabat yang membackingi tempat-tempat
pelacuran.
Sejumlah tokoh NU dan Gerakan Pemuda Anshor nampak
hadir dibarisan peserta halaqah Aswaja tersebut. Di antara tokoh-tokoh yang
hadir antara lain: KH. Kafa Bihi Mahrus Ali (pengasuh Pesantren Lirboyo
Kediri), KH. Muda’in (Rois Tanfidz NU Blitar), KH. Nur Hidayatulloh (Wakil
Syuriah NU Blitar), KH. Abdul Hadi (Wakil Syuriah PWNU Jatim dan MUI Tulungagung),
KH. Abu Sufyan (Sekretaris MUI Tulungagung), KH. Abdul Kholiq (Sesepuh Kyai
Tulungagung), Muhammad Munir (Ketua GP Ansor Tulungagung), Para pengasuh pondok
pesantren Ngunut (pondok terbesar se-kabupaten Tulungagung), dan banyak lagi
para kyai, habaib dan pengurus NU lainnya dari Kabupaten Tulungagung, Nganjuk,
Pacitan, Madiun dan dari berbagai daerah di Jawa Timur.
Di tengarai aksi penolakan terhadap FPI di
Tulungagung disponsori oleh oknum pejabat di Tulungagung. Kehadiran FPI rupanya
menjadi “momok” tersendiri bagi sang oknum pejabat yang terlibat dalam bisnis
esek-esek, sehingga raturan café merajalela di Tulungagung.
Diantara café-café tersebut banyak yang menyediakan
menu minuman keras, bahkan sebagian diantaranya juga menyediakan wanita penghibur.
6 Purwakarta
Video ceramah Habib Rizieq di Purwakarta pada
November 2015 lalu dipotong durasinya dan diunggah di youtube kemudian didesain
seolah dalam ceramahnya Imam Besar FPI itu telah menghina salam khas Sunda
Sampurasun diplesetkan menjadi menjadi ‘campur racun’. Disusul dengan munculnya
oknum ormas Angkatan Muda Siliwangi (AMS) yang mengaku tidak terima dengan
ceramah tersebut , mereka melaporkan Habib Rizieq ke Polda Jabar serta sesumbar
akan melarang Habib Rizieq masuk wilayah Jawa Barat.
Saat Habib Rizieq dijadwalkan mengisi acara Tabligh
Akbar sekaligus pelantikan DPW FPI Purwakarta pada Sabtu, 9 Desember 2015.
Upaya provokasi kepada seluruh LSM dan ormas Sunda juga dilakukan agar turut
serta melakukan pencekalan terhadap Imam Besar FPI di seluruh Jawa Barat.
Sejumlah elemen yang diketahui merupakan preman yang diutus oleh Bupati
Purwakarta, Dedi Mulyadi menyatakan penolakan keras, berbagai upaya dilakukan
mulai dari aksi pawai arak-arakan ratusan orang bersepeda motor dan mobil
hingga ancaman pembubaran jika Imam Besar FPI memaksakan untuk kembali hadir di
Purwakarta.
Saat hari dilaksanakannya Tabligh Akbar sekaligus
pelantikan DPW FPI Purwakarta, Sabtu (19/12/15) , ratusan preman dikerahkan
untuk menghadang rombongan Habib Rizieq . Mulai sore massa tersebut melakukan
penghadangan di tiga titik gerbang tol akses masuk Purwakarta, yakni tol
Sadang, Jatiluhur dan Ciganea. Para preman yang membawa aneka senjata tajam dan
senjata api melakukan sweeping setiap mobil yang melintas.
Sempat terjadi bentrokan ketika gerombolan preman
menyerang mobil yang ditumpangi Laskar FPI dari berbagai daerah.
Massa FPI sontak melakukan perlawanan hingga para
preman lari tunggang langgang dan satu orang berhasil ditangkap dan diserahkan
ke Polres Purwakarta untuk diproses secara hukum.
Gagal melakukan penghadangan, gerombolan yang
menolak Habib Rizieq itupun lantas mengadakan pawai budaya dadakan dengan
melibatkan wanita, anak-anak dan lansia. Dalam pawai yang sengaja merangsek
mendekati lokasi Tabligh Akbar tersebut terdengar alunan musik khas Sunda dan
orasi provokatif dari mobil sound. Beruntung aparat kepolisian dari Polda Jabar
siaga mengamankan lokasi guna mencegah benturan apabila pawai dadakan itu
sampai melintasi jalan dimana acara tengah berlangsung.
Kendati mendapat gangguan yang diduga merupakan
hasil settingan dari Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, acara Tabligh Akbar dan
pelantikan DPW FPI Purwakarta yang dihadiri oleh Imam Besar FPI , Habib Rizieq
Syihab itupun berjalan lancar dengan dihadiri oleh belasan masyarakat dari
Purwakarta dan sekitarnya.
7. Banyumas
Rencana kedatangan Habib Rizieq di Ponpes Romlah
Ashshomadiyah, Banyumas mendapat penolakan dari pihak yang mengklaim dirinya
sebagai warga , GP Anshor dan BANSER Banyumas, Jawa Tengah .
Alih-alih menolak kekerasan yang kerap dilakukan
FPI, ternyata kota Banyumas ini merupakan ‘ladang basah’ bagi para produsen
minuman beralkohol tradisional Ciu pasalnya, daerah tersebut ditengarai sebagai
salah satu daerah penghasil Ciu terbesar yang ada di Jawa Tengah.
Selain itu, di Banyumas juga terdapat tempat
prostitusi Gang Sadar, sebuah area prostitusi besar yang mendapat perlindungan
kuat dari kelompok preman.
Kuat dugaan, kongkalikong antara pengusaha Ciu dan
preman-preman yang membackingi lokalisasi Gang Sadar, Batur Raden punya peran
besar dalam menjegal dakwah Habib Rizieq di Banyumas terhadap berdirinya FPI
sebagai salah satu ormas Islam yang berdiri di garis terdepan menolak segala
bentuk kemaksiatan.
Sementara PMII, GP ANSHOR dan Banser merasa
keberatan namanya dicatut dalam spanduk berisi penolakan terhadap Imam Besar
FPI yang tersebar di beberapa titik di kota Banyumas. Tidak tinggal diam
organisasi sayap NU itupun menyatakan lewat surat tertulis agar aparat mencopot
semua spanduk yang mengatas namakan GP ANSHOR dan Banser.
Hal ini semakin menunjukkan bahwa adanya gerakan GP
ANSHOR, Banser dan masyarakat menolak FPI hanyalah pembohongan publik semata.
Akhirnya pada hari yang telah dijadwalkan, Imam
Besar FPI tidak dapat hadir di Banyumas karena tengah dirawat di rumah sakit
dan diwakilkan oleh KH. Miabahul Anam dari DPP FPI .
Berbagai macam bentuk penolakan terhadap FPI di
daerah yang tersebut diatas memang memiliki latar belakang dan motif yang
berbeda-beda, tapi ada beberapa kesamaan yang menjadi ciri khas . Mulai dari
kamuflase sebagai masyarakat dengan alasan yang dibuat-buat. Karena mustahil
kelompok yang menolak FPI tersebut mampu menggalang dukungan dari warga jika
mereka terang-terangan membuka jati diri sebagai germo, preman, pelacur, oknum
pejabat backing tempat maksiat, mafia narkoba ataupun pemimpin kafir, zalim dan
syirik.
Kehadiran media yang punya kepentingan juga kerap
memancing di air keruh. Apakah mereka tahu atau tidak mau tahu atau mungkin
pura-pura tidak tahu tentang ada apa dan siapa dibalik isu penolakan FPI di
sejumlah daerah.
Sehingga baik media cetak maupun elektronik gencar
memberitakan bahwa masyarakat FPI dan terbangun opini bahwa FPI adalah musuh
masyarakat.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa pro dan kontra
memang selalu ada. Ada sebagian masyarakat yang tidak setuju, sebagian
mendukung dan sebagian lain bersikap netral terhadap keberadaan FPI di sekitar
mereka.
Posko Banjir FPI
Karena itu, FPI hadir di tengah masyarakat untuk
bersama-sama memerangi miras, pelacuran, judi dan segala bentuk penyakit
masyarakat lainnya yang dampak negatif dari kesemuanya itu luar biasa besar
bagi moral, aqidah dan tatanan hidup bermasyarakat.
Wallahu A’lam
Sumber : FPI Kultural
Red : Abdullah
0 komentar:
Posting Komentar